Blogger templates

Pages

Kamis, 12 Februari 2015

Kemana capung pergi ?



CAPUNG (Dragonflies)

Capung atau sibar-sibar dan Capung Jarum adalah kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Namanya dalam bahasa daerah adalah papatong (Sd.), kinjeng (Jw.), coblang (Jw.), kasasiur (bjn), tjapung

Capung (subordo Anisoptera) relatif mudah dibedakan dari capung jarum (subordo Zygoptera). Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping. Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa jenis yang agak besar), memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya.





Spoiler for Capung Punah:

Sebuah laporan mengejutkan datang dari World Dragonflies Association (WDA) atau komunitas pecinta capung internasional yang berpusat di Inggris. Diberitakan, capung di Indonesia terancam punah.

Tak mengherankan, semakin lama bertambah susah menemukan capung terbang di alam bebas. Di tahun 80-an, kita masih mudah melihat koloni capung di lapangan, di antara semak dan pepohonan, apalagi saat musim panas tiba.




Orang tua kita dulu masih percaya mitos, bahwa capung bisa menghentikan kebiasaan ngompol pada anak. Caranya dengan membiarkan capung menggigit pusar di perut. Pernah dengan kepercayaan demikian?



Dewasa ini, di mana kita bisa dengan mudah menemukan capung? Menurut Ketua Indonesia Dragonfly Society (IDS) Wahyu Sigit, catatan dari WDA berdasarkan temuan PBB menyebutkan kondisi perairan di Indonesia sangat memprihatinkan. Padahal kehidupan capung sangat tergantung pada kondisi air.



"Di beberapa daerah yang terdapat air, sudah banyak tidak ditemukan capung.
Di Malang, capung tidak ditemukan di Talun atau sepanjang Sungai Brantas,” paparnya seperti dikutip dari tribunnews.

Keberadaan capung Indonesia memang semakin mengkhawatirkan. Hal ini bisa disamakan dengan eksistensi kunang-kunang yang juga terancam punah.


Budayawan Prie GS pernah menyinggung hal ini dalam sebuah acara. Disebutkan, orang Jepang yang menyadari kunang-kunang telah musnah dari negeri mereka terpaksa beternak kunang-kunang agar bisa disebarkan lagi di alam. Apakah hal yang sama akan, dan terpaksa kita lakukan di negeri ini?



Spoiler for Penyebab Punah:

Dari uraian berita tersebut telah jelas bahwa buruknya kualitas air merupakan penyebab utama berkurangnya populasi capung di Indonesia. Air bersih merupakan tempat capung hidup dan berkembang biak. Telah diketahui bahwa siklus hidup capung bermula di air. Sebelum bertelur, induk capung akan mencari perairan yang bebas polusi dan dilengkapi tumbuhan air agar dapat melindungi telur-telurnya sekaligus untuk tempat berlindung anak-anaknya nanti. Adanya tumbuhan air juga menjanjikan ada banyak mikroorganisme air lain yang dapat hidup di sana sebagai sumber makanan calon larva capung. Setelah menemukan habitat yang pas, induk capung akan bertelur pada permukaan air. Telur yang diletakkan oleh induk capung dapat mencapai 100.000 butir.

Hal inilah mengapa kurangnya air besih merupakan penyebab utama menurunnya populasi capung. Capung membutuhkan air besih untuk bertelur, karena telur-telur capung tidak akan bisa bertahan dalam kondisi air yang tercemar. Hal ini karena air tercemar memiliki tegangan permukaan yang kecil, sehingga telur-telur capung akan tenggelam diatasnya.



Selain itu, saat menjadi larva, ia juga butuh kondisi air yang bersih dan terbebas dari polusi dan pencemar. Karena dalam kondisi air yang tercemar, larva tidak akan bisa hidup dan mikroorganisme lain yang merupakan makanan utama juga tidak mampu hidup didalamnya. Sehingga, dalam air yang tercemar, larva capung tidak akan bertahan karena kurangnya makanan.



Kualitas air yang buruk disebabkan oleh banyaknya polutan yang masuk dalam air tersebut. Hal ini karena kini manusia banyak menggunakan bahan-bahan yang bersifat polutan seperti surfaktan dari detergen, sabun, shampo, dll. Penggunaan air yang berlebihan juga membuat air bersih semakin berkurang. Banyaknya industri yang membuang limpah melalui sungai-sungai juga menyebabkan pencemaran dan polusi pada air.


Penyebab utama terancamnya spesies ini adalah habitatnya yang terus berkurang yang digunakan untuk proyek industri.



Spoiler for Catatan:

Catatan



Capung memiliki beberapa nama unik di setiap daerah. Orang Sunda menyebutnya papatong, di Jawa dikenal kinjeng, coblang, gantrung, atau kutrik. Orang Banjar mengenal kasasiur, dan di Flores disebut tojo.



Ironis, ada sekitar 700 jenis capung di Indonesia, dan 136 jenis di antaranya bisa ditemukan di Jawa. Faktanya, tidak banyak buku tentang capung untuk lebih mengakrabkan hewan pemakan jentik nyamuk dan hama di sawah ini.



Berdasar catatan IDS, hinggga kini hanya dua buku karya orang Indonesia yang membahas tentang capung, yitu ‘Mengenal Capung’ karya Shanti Susanti terbitan Puslitbang Biologi-LIPI tahun 1998, dan kumpulan esai berjudul ‘Capung Teman Kita’ yang diterbitkan Pelestarian Pusaka Indonesia pada 2011 lalu.

Apakah kita sudah terlambat menyelamatkan capung dari kepunahan?



Spoiler for Solusi:

SOLUSI



Solusi untuk mengatasi berkurangnya jumlah capung di Indonesia adalah dengan memperbaiki kualitas air yang ada di Indonesia. Perbaikan kualitas air ini dilakukan dengan cara konservasi air. Konservasi air merupakan upaya untuk mengatur penyediaan air khususnya pada saat musim kemarau (kekurangan air), meningkatkan volume air tanah juga memperbesar daya simpan air. Konservasi air ini dilakukan lewat beberapa upaya. Beberapa upaya untuk konservasi air adalah sebagai berikut:

1. Penyediaan areal tangkapan air
Penyediaan areal tangkapan air berupa usaha untuk menyediakan tempat untuk menyerap air. Tujuannya untuk menahan laju aliran air ke laut, sehingga air dapat ditahan dalam suatu area. Hal ini penting untuk dilakukan karena selain dapat menahan laju aliran air permukaan juga dapat menambah cadangan air bawah tanah dan mendukung kehidupan tanaman. Upaya dalam pengadaan area tangkapan air yaitu dengan membuat cekungan-cekungan penampung air permukaan, baik berupa situ, embung, cekdam ataupun bending.

2. Pembangunan Embung atau Parit
Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran mikro yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan dan aliran permukaan air di wilayah sekitarnya di musim hujan untuk dapat menyediakan sumber air.
Dalam membuat embung ada syaratnya lokasi berada didaerah sekitar daerah pertanian yang memerlukan pasokan air dan terdapat sumber air yang dapat ditampung baik berupa aliran permukaan saat hujan, mata air, parit atau sungai kecil dengan volume air yang memadai. Selain itu harus mempunyai daerah tangkapan air, agar volume air yang masuk ke embung mencukupi serta terdapat alur/cekungan tempat melintas/berkumpul air yang memudahkan menampung air .
Sehingga embung akan menampung air bersih dan dapat digunakan capung untuk melangsungkan perkembangbiakannya.

3. Kegiatan hemat air
Kegiatan hemat air berupa meminimalisir penggunaan air untuk hal-hal yang tidak penting dan memaksimalkan penggunaan air untuk keperluan yang penting. Misalnya saja untuk menyiram tanaman, tidak perlu menggunakan air sumur yang bersih, namun dengan sisa bekas cucian. Sedangkan air bersih digunakan untuk hal-hal seperti memasak, dan mandi.
Hal ini efektif untuk menyelamatkan air bersih, karena air bersih tidak terbuang sia-sia. Hal ini akan mempermudah capung untuk menemukan air bersih untuk melangsungkan hidup dan perkembangbiakannya.

5. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian ini adalah bahwa kini jumlah populasi capung cenderung berkurang akibat kurang tersedianya air bersih. Kurangnya air besih ini dikarenakan adanya pencemaran air. Solusi untuk masalah ini adalah dengan adanya konservasi air berupa penyediaan areal tangkapan air, pembangunan embung atau parit, dan kegiatan hemat air, sehingga akan air bersih akan tersedia untuk mendukung kelangsungan hidup kehidupan capung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About